Wednesday, 30 October 2013

wawancara UKM

Usaha budidaya ikan lele merupakan usaha yang mudah dijalankan, dalam merencanakan bisnis budidaya ikan lele, kami berencana  ingin membudidayakan ikan lele di sekitar rumah saya (hadi) yang berada di jalan perjuangan 3, karena mempunyai halaman yang cukup luas untuk membuat kolam, serta agar dapat mengawasi perkembangan ikan dengan baik. Jenis ikan lele yang kami budidaya adalah jenis ikan lele sangkuriang. Jenis Lele sangkuriang adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Peluang usaha budidaya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang cukup  diperhitungkan saat ini. Apabila perhatikan banyak terdapat  penjual pecel lele yang memerlukan pasokan ikan lele setiap harinya, hal inilah yang membuat permintaan  ikan tersebut menjadi semakin tinggi di pasaran dan membuka potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan lele relatif  lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. dalam usaha ternak atau budidaya lele semakin menginspirasi banyak orang untuk ikut terjun dan berharap meraih kesuksesan dalam usaha ini. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya informasi dari beberapa media tentang peluang usaha budidaya ikan lele yang semakin menjanjikan karena pasarnya yang luas dan permintaan akan ikan lele yang terus meningkat, bahkan belakangan ini telah ramai dibicarakan bahwa ikan lele akan ikut andil dalam komoditi ekspor, dikarenakan ada beberapa negara yang memang sangat membutuhkan pasokan ikan lele. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk membudidayakan ikan lele tersebut.
1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara melakukan budidaya ikan lele yang baik?
2.      Bagaimana cara kita agar mampu bersaing dengan para pembisnis budidaya ikan lele?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara budidaya ikan lele dengan baik
2.      Untuk dapat mengetahui cara bersaing dan unggul diantara pebisnis lain
BAB II
TIM MANAJEMEN
2.1 Pengorganisasian
Dalam perencanaan bisnis budidaya ikan lele ini, kami tidak melakukan perekrutan tenaga kerja, kami dapat bekerja sama dengan kelompok untuk menjalankan bisnis budidaya ikan lele tersebut. Baik dari pemeliharaan ikan lele, perawatan kolam dan bagian pemasaran. Dalam menjalankan bisnis budidaya ikan lele, kami akan menerapkan sistem Analisis SWOT. Sebelum kita memulai sesuatu usaha kita harus mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi usaha kita. Dengan harapan supaya usaha kita dapat lancer dan sukses. Yaitu dengan melakukan analisis sebagai berikut:
1.      Straight
a.       Dengan budi baya ikan lele ini tidak terlalu memerlukan tenaga besar.
b.      Penjualan ikan lele tidak terlalu sulit, tidak seperti ikan yang lainya.
2.      Weaknes
a.       Bagi anda yang tak memiliki lahan yang cukup anda bisa membudidayakan ikan
lele dengan menggunakan kolam dari terpal
3.      Opportunities
a.       Peluang usaha yang tidak pernah mati adalah usaha perikanan. Sebab setiap hari masyarakat membutuhkan ikan untuk dikonsumsi semakin meningkat.
b.      Umur pembudidayaan ikan lele yang relative singkat yang hanya kurang lebih 3 bulan membuat banyak yang memilih ikan lele untuk di budidayakan. 
4.      Threat
a.       Dalam usaha ikan lele ini harus teliti karena ikan tidak tahan dengan cuaca yang tidak setabil.
b.      Selalu mengecek kedalaman air. Kedalaman air jangan sampai kurang dari 70cm karena itu akan menghambat pertumbuhan ikan.
2.2 Gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele
1.      Sistem Budidaya
Kami menggunakan 2 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1.      Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2.      Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
2.      Tahap Proses Budidaya
A.    Pembuatan Kolam
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
a.       Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
b.      Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
c.       Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
d.      Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.
B.     Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
1.      Tulang kepala berbentuk pipih
2.      Warna lebih gelap
3.      Gerakannya lebih lincah
4.      Perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
5.      Alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
1.      Tulang kepala berbentuk cembung
2.      Warna badan lebih cerah
3.      Gerakan lamban
4.      Perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
C.    Persiapan Lahan
A.    Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
1.      Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
2.      Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
3.      Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
4.      Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
B.     Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
1.      Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
2.      Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D.    Pemijahan
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E.     Pemindahan
Cara pemindahan :
1.      Mengurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
2.      Menyiapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
3.      Menyamakan suhu pada kedua kolam
4.      Memindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
5.      Memindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.
F.     Pendederan
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.
a.      Manajemen Pakan
Pakan anakan lele berupa :
1.      Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
2.      Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
3.      Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
b.       Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
1.      Air harus bersih
2.      Berwarna hijau cerah
3.      Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia :
1.      Bebas senyawa beracun seperti amoniak
2.      Mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).
Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
c.        Manajemen Kesehatan
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.


BAB III
RENCANA KEUANGAN
3.1 Penghitungan Biaya
·         BIAYA TETAP
Rincian biaya tetap adalah sebagai berikut:
1.      Pembuatan 3 kolam ukuran 5x4 m      = Rp 7.000.000
2.      Disel + selang                                      = Rp 2.000.000
3.      Sumur bor                                           = Rp    500.000
4.      Jaring                                                   = Rp      50.000
Jumlah                                                 = Rp9.550.000
·         BIAYA VARIABEL
Rincian biaya variabel dalah sebagai berikut:
1.      Bibit ikan lele Rp120@2000 ekor                  = Rp   240.000
2.      Bibi indukan dan pejantan 7000@20 ekor     = Rp   140.000
3.      Haraga TON Rp32.000@5botol                     = Rp   160.000
4.      Harga  POC NASA Rp23.000@5botol         = Rp   115.000
5.      Pelet ikan Rp200.000@15 karung                  = Rp3.000.000
Jumlah                                                             = Rp3.655.000           
Jadi modal yang akan kami keluarkan untuk memulai budidaya ikan lele tersebut berkisar Rp15.000.000 – ( biaya tetap + biaya variabel ) atau Rp15.000.000 – Rp13.205.000= Rp1.795.000, hasil dari pengurangan modal dengan biaya tetap dan biaya variabel, merupakan biaya untuk  tak terduga.
3.2 ANALISIS PENDAPATAN
Di perkirakan jika hasil 1 kali panen/3 bulan sebanyak 1500 ekor, Harga per/kg ikan lele Rp9.000 ( Rp9.000@1500= Rp13.500.000 )
Pendapatan dalam 1 tahun Rp13.500.000 x 4 = Rp54.000.000
Laba bersih yang didapat selama 1 tahun adalah
pendapatan panen/th – (( biaya variabel x 4) + biaya tetap ) =
Rp54.000.000 – (( Rp9.550.000x4) + Rp3.655.000 )=
Rp54.000.000 – ( Rp38.200.000 + Rp3.655.000 )=
Rp54.000.000 – Rp41.855.000 = Rp12.145.000
Jadi pendapatan setelah modal kembali adalah Rp12.145.000
3.3 PENGHITUNGAN BEP ( Break Even Point )
Dik : FC = Rp9.550.000                P = Rp9.000
             VC = Rp3.655.000
hasilnya adalah: 2,6





Dibulatkan menjadi 3 unit.
Artinya kami perlu menjual 3 unit ikan lele agar terjadi BEP ( break even point ).
Artinya  uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP ( break even point ) adalah Rp23.580

BAB IV
RENCANA PEMASARAN
Dalam satu usaha, pemasaran merupakan hal yang sangat penting, demikian juga halnya dalam pemasaran lele, namun sangat disayangkan jika kegagalan pemasaran produksi lele terjadi karena faktor usaha pemasaran yang kurang atau memang belum menjalankan strategi pemasaran lele secara maksimal, Peluang pemasaran lele sangat besar, ini bukan sekedar slogan atau propaganda, telah banyak survey dan riset-riset pemasaran  dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dibidangnya, kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi memang semakin meningkat, Sebelum membahas tata cara pemasaran lele, yang pertama kita lakukan adalah mengetahui sasaran atau target pasar ikan lele konsumsi, mungkin telah banyak diinformasikan bahwa terdapat beberapa target pasar untuk ikan lele konsumsi, diantaranya adalah ; warung pecel lele, warteg, rumah-rumah makan lainnya atau bahkan resto-resto yang sudah mulai menawarkan menu special ikan lele, ditambah lagi belakangan ini semakin banyak berkembang tempat-tempat usaha yang mengelola daging ikan lele atau yang lebih dikenal dengan istilah lele olahan, mulai dari baso lele sampai dengan lele presto, ini baru target pemasaran lele secara umum, namun untuk orang-orang yang ingin melakukan pemasaran lele hal ini jangan dianggap remeh, dari tempat-tempat inilah sebetulnya daya serap kebutuhan lele sangat tinggi.
Sebagai contoh yang mudah untuk target pemasaran lele adalah warung pecel lele yang kian menjamur dimana-mana. Analogikan saja jika di sekitar kita ada sekitar 50 warung pecel lele, ini adalah perumpamaan standart dan mungkin dalam wilayah yang radiusnya tidak terlalu luas, berdasarkan survey dilapangan, kebutuhan ikan lele konsumsi perwarung pecel lele adalah 2 s/d 3 kg/hari pada hari biasa, bahkan pada hari-hari libur bisa meningkat hingga 5 kg atau lebih perharinya, jika dikalikan saja dengan angka yang terendah yaitu 2 kg/hari x 50 warung pecel lele, maka kebutuhan lele konsumsi di daerah kita adalah 100 kg/hari atau 3 ton/bulan. Dari analogi tersebut terbukti bahwa pemasaran lele di daerah sekitar kita saja sudah merupakan peluang yang sangat besar, itu baru dari warung pecel lele saja, bagaimana dengan peluang pemasaran lele pada usaha pengelolaan daging lele yang lainnya, pastinya akan lebih banyak lagi peluang pemasaran lele yang akan didapatkan. Bahkan ada beberapa pengalaman dari para peternak lele skala rumah tangga, mereka hanya memiliki kolam di halaman rumah, saat akan panen mereka memasang plang di depan rumah, alhasil seluruh produksi lelenya laris terjual.
Langkah lain dalam pemasaran lele adalah dengan menggunakan jasa para pengepul, hal ini bisa dilakukan jika  ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar, tidak jarang mereka akan memborong hasil panen secara keseluruhan, walaupun harga yang mereka tawarkan pastinya lebih murah dibanding kita harus menjualnya sendiri. Jika kita sudah bisa menguasai pasar lele di daerah sendiri, biasanya dengan sendirinya usaha ternak lele  akan berkembang seiring dengan semakin banyaknya permintaan dan relasi yang terus bertambah.

No comments:

Post a Comment